Negeri Junjung Besaoh : Asak Kawa Kite Pacak!

- 06.14
advertise here
Oleh: Melia Noprianda, S.Pd (Guru SMP Negeri 2 Tukak Sadai)
Kamis, 4 Mei 2023, 07:39 WIB 



Melia Noprianda


Pagi itu suasana kelas sedikit lebih gaduh dari biasanya. 

Tampak dari kejauhan beberapa siswa berlari tergopoh-gopoh menghampiri wali kelasnya.

“ bu mel.. bu mel” ucap afifah dengan sambil mengatur nafas

“ hey tenanglah fah.. coba duduk dulu, tarik nafas.. hembuskan.. tarik nafas hembuskan.” Ibu melly berusaha menenangkan afifah , ketua kelas di kelas 9A.

“bora dan wahyu berkelahi bu!” pekik afifah setelah berhasil mengontrol diri sesuai anjuran ibu melly. 

Tanpa pikir panjang, bu melly langsung berjalan setengah berlari menuju kelas 9A.

“hey.. berhenti kalian semua!”. Mendengar suara ibu melly tersebut secara spontan membuat bora dan wahyu berhenti dan terdiam seperti patung.

“bora. Wahyu. Ikut ibu ke perpustkaan.” 

bora dan wahyu langsung mengikuti bu melly berjalan ke arah perpustakaan. 

Semua siswa 9A mengerti, ketika mereka berbuat kesalahan yang berat maka bu melly akan membawa mereka ke perpustakaan untuk berbicara dari hati ke hati. 

Bu melly adalah wali kelas yang memiliki komitmen bahwa kelasnya adalah tanggung jawabnya bukan guru BK.

Jadi bila kelasnya bermasalah maka sebisa mungkin akan di selesaikan secara pribadi antar wali kelas dengan siswa.

Pemilihan perpustakaan dilakukan karena perpustakaan tempat yang jarang dikunjungi dan jauh dari guru.

Sehingga privasi anak yang bermasalah terjaga sehingga anak akan menjadi lebih senang dan tenang untuk berbicara jujur (menghamba pada anak)

“ bora. Wahyu. Kalian ingat kesepakatan kelas kita apa?” tanya bu melly sesaat setelah mereka duduk. Bora dan wahyu hanya mengangguk dan tertunduk

“coba siapa yang mau berbicara mengenai kesepakatan kelas kita?”

“ kita adalah keluarga bu, ikatan keluarga kita kuat meski dari desa yang berbeda-beda, ketika ada masalah harus diselesaikan secara musyawarah” jelas wahyu secara gamblang.

Karena seringnya bu melly mengulang-ulang kata-kata ini ketika ada pelajaran bu melly dikelas mereka. 

Wahyu ingat betul bu melly selalu berkata, kita seperti itu karena kita tinggal di negara yang memiliki ragam budaya, salah satunya budaya bangka selatan “negeri junjung besaoh” yang artinya seperti yang wahyu sebutkan tadi. (kodrat alam:sosialbudaya).

“Baiklah kalau kalian sudah paham dan ingat kesepakatan kelas kita, ibu tidak akan panjang kali lebar untuk mengingatkan kalian kembali. 

Sekarang siapa yang mau berbicara terlebih dahulu alasan kalian melupakan kesepekatan kelas kita” pinta bu melly dengan lembut (kemerdekaan diri).

“ kemarin kami bermain game FF bu, saya kemarin kurang fokus bermain sehingga saya tidak mendengar intruksi dari Bora. 

Tapi Bora malah marah dan mengejek saya dengan kata “Bugis budek” , tidak hanya sekali tetapi berkali-kali , jelas saya tidak terima karena dia melecehkan suku saya sehingga saya tersulut emosi dan melemparkan ejekan yang sama.

Saya mengejeknya “Melayu pengecut” saya menantangnya untuk duel secara langsung disekolah sehingga tadi ketika kami bertemu terjadilah perkelahian itu bu” ucap wahyu sambil tertunduk

“benar begitu Bora?” bu melly mencoba mengkonfirmasi kebenaran perkataan wahyu

Bora hanya mengangguk sambil tertunduk.

Ia tak berani menatap mata kekecewaan bu melly terhadap kelakuan mereka berdua.

“ wahyu, bora. Coba kalian lihat ibu” ujar bu melly selembut mungkin. 

Bu melly berusaha agar anak-anak itu merasa nyaman berada didekat dia sehingga mereka bisa dengan terbuka menerima nasehat yang ia berikan (menghamba pada anak). Bora dan wahyu menatap mata bu melly.

“ ibu tidak pernah melarang kalian bermain game. 

Bermain game untuk melepas stress kalian silahkan, toh dalam game itu juga banyak manfaatnya untuk kalian, olah pikir, olah strategi, melatih ketangkasan dan sebagainya. 

Tetapi ingatlah, meski kita berada pada dunia maya tetapi sikap kita tetap harus sesuai dengan dunia nyata. Kita hidup di dunia ini berdampingan. 

Semuanya berbeda bahkan di al-quran juga disebutkan Allah menciptakan segala sesuatu dengan berpasang-pasangan, artinya ada banyak sekali suku dan budaya yang ada disekeliling kita. 

Jika kita berbeda maka wajar sekali. Di tukak sadai sendiri banyak sekali masyarakat berasal dari suku yang berbeda ada yang dari padang, palembang, bugis, jawa, melayu. 

Kita harus menghargai satu sama lain toh kita juga bersaudara didalam islam kan? Meski ada juga yang berbeda agama kita masih bersaudara dalam kemanusiaan.

Begitu kan yang diajarkan oleh budaya bangka selatan “junjung besaoh”? Jelas bu melly (guru sedang melaksanakan tugas guru sebagai “penuntun” dengan menyandingkan kodrat zaman dengan kodrat alam sebagai manusia sekaligus disisipkan budi pekerti sesuai dengan budaya BANGKA SELATAN).

“iya bu” jawab mereka berdua serentak.

Sebenarnya mereka berdua sadar bahwa perbuatan mereka salah, mereka hanya terpancing emosi sesaat dan setelah kini dijelaskan panjang lebar oleh bu melly mereka semakin sadar dan merasa bersalah dan ingin bermaaf-maafan ( ing madyo mangun karso : di tengah membangun kemauan)

“ baiklah, apakah artinya itu kalian sudah saling memafkan?” bu melly berkata sambil tersenyum lebar

“ iya bu” sahut mereka sambil tersenyum.

“ baiklah kalau begitu, karena tadi kalian sudah berkelahi didepan kawan-kawan maka ibu mau kalian juga saling memberi maaf didepan kawan-kawan. 

Tapi ibu akan memberikan kalian tantangan untuk meminta maaf menggunakan pantun sesuai budaya urang bangka”

“ waaah ibu, aku ga bisa” sahut bora

“ iya bu, aku ga bisa, malu bu” wahyu menimpali

“ bisa ko bisa.. ingat slogan bangka selatan apa?.

ASAK KAWA KITE PACAK! Artinya kalau ada kemauan pasti bisa. 

Sekarang kalian mau ga??” bu melly berkata dengan nada memberi tantangan (tut wuri handayani: di belakang memberikan dukungan moral , dengan menyisipkan budaya bangka)

“baiklah bu, kami coba ya bu. Tapi ibu koreksi dulu pantun kami” pinta bora

“siap bos!” bu melly berkata sambil bertindak hormat kepada bora. Mereka pun tertawa bersama. (membahagiakan anak).

******

Pergi ke kebon mengambil kates dulu
Kates di masak lempah darat
Wahai engkau temanku wahyu
Maaf atas segala dosa yang bora perbuat

Pergi ke kelekak memancing kepuyu
Sama emak dimasak lempah kuning
Wahai bora namaku wahyu
Maaf ku terima dan mari kita sehat bertanding

(pantun merupakan budaya melayu bangka yang sering digunakan pada saat pernikahan layaknya budaya betawi, namun sekarang budaya berbalas pantun ini nyaris punah)

Ke toboali beli Belacan
belacan dikirim keseluruh nusantara
Untaian kata terimakasih kami haturkan
Untuk sang pahlawan pendidikan, Ki Hajar Dewantara

2 comments

Terimakasih sudah memberikan masukan dan saran
EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
$-)
(y)
x-)
(k)
 

Start typing and press Enter to search

Catatan: