Oleh: Agustian Deny Ardiansyah
Opini, Kamis 19 Januari 2023, 05:32 WIB
![]() |
Kemeriahan HUT PGRI 2022 |
Telepon, komputer, internet, tab, gedged, tv, dan leptop telah menemani kita dari membuka mata hingga menutup mata kembali.
Bahkan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga memberikan kita kehidupan tanpa batas waktu dan tempat.
Karena dengan "sekali klik", dunia akan terhampar di depan mata kita.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga berpengaruh terhadap efektivitas pemenuhan kebutuhan.
Hal tersebut terlihat dari kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengakomodasi kebutuahan pada bidang kesehatan, transportasi, pendidikan, dan komunikasi.
Namun, apakah dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membentuk kita menjadi manusia yang berahlak buruk?.
Tidak semua jawabanya adalah menjadikan kita berahlak buruk.
Karena sebagian dari kita memaknai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada tindakan positif seperti, penemuan energi baru terbarukan, kesehatan, dan penganekaragaman pangan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga berpengaruh terhadap efektivitas pemenuhan kebutuhan.
Hal tersebut terlihat dari kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengakomodasi kebutuahan pada bidang kesehatan, transportasi, pendidikan, dan komunikasi.
Namun, apakah dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membentuk kita menjadi manusia yang berahlak buruk?.
Tidak semua jawabanya adalah menjadikan kita berahlak buruk.
Karena sebagian dari kita memaknai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada tindakan positif seperti, penemuan energi baru terbarukan, kesehatan, dan penganekaragaman pangan.
Namun sebagaian dari kita juga memaknai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada tindakan negatif seperti, doktrin budaya negatif.
Doktrin budaya negatif adalah pemasukan unsur-unsur budaya menyimpang ke dalam struktur komunitas masyarakat secara masiv baik melalui media cetak maupun elektronik dan penerapan peraturan.
Doktrin budaya negatif itulah yang saat ini sedang menjangkiti generasi penerus Indonesia.
Secara tidak sadar pemikiran genersi penerus Indonesia telah dijejali konten-konten negatif dari pemanfatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak bertanggung jawab.
Di era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya menjelaskan untuk tujuan pengertian dan pemahaman, namun lebih pada aktivitas manipulasi untuk dapat mengontrol dan mengendalikan.
Aktivitas manipulasi itulah yang memberikan dampak negatif bagi generasi penerus Indonesia.
Aktivitas manipulasi itulah yang memberikan dampak negatif bagi generasi penerus Indonesia.
Dimana akhirnya memunculkan jargon, Indonesia darurat narkoba, Indonesia terbebas dari sek bebas, dan Indonesia negara ramah anak.
Jargon-jargon tersebut di keluarkan bukan karena tidak ada sebab, tapi melihat banyaknya kasus-kasus penyalagunaan narkoba, aktivitas sek bebas, dan kekerasan yang terjadi di lapangan.
Bahkan media cetak lokal banyak mewartakan kejadian asusila yang dilakukan bukan hanya oleh orang dewasa, tetapi anak-anak dan remaja.
Jargon-jargon tersebut di keluarkan bukan karena tidak ada sebab, tapi melihat banyaknya kasus-kasus penyalagunaan narkoba, aktivitas sek bebas, dan kekerasan yang terjadi di lapangan.
Bahkan media cetak lokal banyak mewartakan kejadian asusila yang dilakukan bukan hanya oleh orang dewasa, tetapi anak-anak dan remaja.
Lalu darimana pengetahuan diluar nalar tersebut diperoleh oleh generasi penerus Indonesia?.
Memang kita tidak bisa secara keseluruhan mengambinghitamkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai biang keladi aktivitas-aktivitas di luar nalar oleh generasi penerus Indonesia.
Namun secara tersirat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi jika dimaknai secara negatif dapat memberikan jalan pada perilaku diluar nalar.
Memang kita tidak bisa secara keseluruhan mengambinghitamkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai biang keladi aktivitas-aktivitas di luar nalar oleh generasi penerus Indonesia.
Namun secara tersirat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi jika dimaknai secara negatif dapat memberikan jalan pada perilaku diluar nalar.
Prilaku yang jika dibiarkan secara terus-menerus akan menjadi kebiasan yang dianggap wajar.
Lalu kenapa generasi penerus Indonesia mudah sekali terkena doktrin budaya negatif?.
Jawabanya adalah lemahnya Sumber Daya Manusia Indonesia.
Lalu kenapa generasi penerus Indonesia mudah sekali terkena doktrin budaya negatif?.
Jawabanya adalah lemahnya Sumber Daya Manusia Indonesia.
Kita tidak dapat memungkiri bahwa manusia Indonesia pada era kejayaanya adalah manusia yang dapat bersaing dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sehingga Indonesia mendapat sebutan Macan Asia dan bahkan pendidik Indonesia di impor untuk mengajar di negara lain.
Beda dulu, beda sekarang.
Beda dulu, beda sekarang.
Konsumsi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan sekarang bukan dikreasi untuk membuat atau bahkan meniru untuk menjadi nilai tambah baru.
Konsumsi ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan bukan untuk maju, tapi hanya mengkonsumsi dan mengkonsumsi sehingga secara tidak langsung mematikan nalar pikir generasi penerus Indonesia.
Bila hal tersebut terus dibiarkan, dapat dipastikan generasi penerus Indonesia 50-100 Tahun kedepan bukan generasi emas tapi kumpulanan manusia yang hanya bisa mengkonsumsi produk tanpa berinovasi untuk membuat produk.
Generasi yang terdikte bukan mendikte. Bila seting generasi terdikte benar-benar terjadi, maka generasi Indonesia mudah untuk digiring pada arah kemrosotan ahlak yang jauh dari nilai pancasila dan Allah SWT.
Konsumsi ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan bukan untuk maju, tapi hanya mengkonsumsi dan mengkonsumsi sehingga secara tidak langsung mematikan nalar pikir generasi penerus Indonesia.
Bila hal tersebut terus dibiarkan, dapat dipastikan generasi penerus Indonesia 50-100 Tahun kedepan bukan generasi emas tapi kumpulanan manusia yang hanya bisa mengkonsumsi produk tanpa berinovasi untuk membuat produk.
Generasi yang terdikte bukan mendikte. Bila seting generasi terdikte benar-benar terjadi, maka generasi Indonesia mudah untuk digiring pada arah kemrosotan ahlak yang jauh dari nilai pancasila dan Allah SWT.
Sebuah gambar meme menuliskan “Guru Yang Membangun Ahlak Dibayar Murah, Tapi Artis Yang Merusak Ahlak Dibayar Mahal”.
Makna meme tersebut harus kita pahami bersama, bukan soal gaji yang menjadi keluhan sang guru.
Makna meme tersebut harus kita pahami bersama, bukan soal gaji yang menjadi keluhan sang guru.
Tetapi betapa negara tidak bisa memprokteksi guna fungsi ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga sangat mudah aktivitas yang merusak ahlak tampil dan hadir di tengah generasi penerus Indonesia.
Allah SWT berfirman,
Magna dari firman ALLAH SWT di atas mengisyartkan, kita sebagai pintu gerbang dalam menjebatani kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada generasi penerus harus tidak mengenal kata menyerah.
Hal itu dilakukan dengan selalu berharap kepada ALLAH SWT untuk memenangkan usaha kita dalam memanifestasikan generasi penerus Indonesia yang tidak hanya berilmu pengetahuan dan teknologi tapi juga berahlak mulia.
Siapa pintu gerbang tersebut?.
Allah SWT berfirman,
Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula) sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari ALLAH SWT apa yang tidak mereka harapkan. Dan, adalah ALLAH maha mengetahui lagi maha bijaksana (QS An Nisa :104).
Magna dari firman ALLAH SWT di atas mengisyartkan, kita sebagai pintu gerbang dalam menjebatani kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada generasi penerus harus tidak mengenal kata menyerah.
Hal itu dilakukan dengan selalu berharap kepada ALLAH SWT untuk memenangkan usaha kita dalam memanifestasikan generasi penerus Indonesia yang tidak hanya berilmu pengetahuan dan teknologi tapi juga berahlak mulia.
Siapa pintu gerbang tersebut?.
Ya dia adalah guru yang bukan diartikan dalam pengertian sempit.
Tapi guru disitu lebih pada penekanan guru pengambil kebijakan yaitu pemerintah, guru dirumah yaitu keluarga, guru disekolah yaitu pendidik, dan guru di lingkungan yaitu teman sebaya.
Lo...kenapa semua orang di sekitar kita adalah guru?.
Lo...kenapa semua orang di sekitar kita adalah guru?.
Ya untuk menjembatani transferer positif kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak cukup menumpu pada guru di sekolah.
Anis Baswedan mantan mentri pendidikan Indonesia pernah mengucapkan sepatah kata dalam suatu kesempatan.
Anis Baswedan mantan mentri pendidikan Indonesia pernah mengucapkan sepatah kata dalam suatu kesempatan.
Pendidikan secara konstitusi adalah tanggung jawab pemerintah namun secara moral adalah tanggung jawab semua orang terdidik.
Orang terdidik disitu adalah pemerintah, orang tua, pendidik, dan teman sebaya.
Lalu bagaimana peran “guru” dalam mencetak generasi penerus Indonesia yang berkemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi?.
Peran kita sebagai “guru” dalam mentransfer dampak positif kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dengan membuat peraturan, memantau, mengaplikasikan, dan mengajak pada pemanfatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersifat positif.
Hal tersebut dilakukan dalam ranah aplikatif kreatif yang memunculkan kreasi dengan kita menjadi teladan dan figur yang memberikan contoh.
Mengapa teladan?.
Peran kita sebagai “guru” dalam mentransfer dampak positif kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dengan membuat peraturan, memantau, mengaplikasikan, dan mengajak pada pemanfatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersifat positif.
Hal tersebut dilakukan dalam ranah aplikatif kreatif yang memunculkan kreasi dengan kita menjadi teladan dan figur yang memberikan contoh.
Mengapa teladan?.
Jika kita menengok pada diri Nabi Muhammad SAW, beliau adalah guru pertama dan suritauladan yang patut dicontoh.
Guru, karena Nabi Muhammad SAW tidak hanya mensabdakan dalam penyampaian hikmah dan ilmu, tetapi Nabi Muhammad SAW juga mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Aktivitas menyampaikan dan aplikasi itulah yang menjadikan para sahabat menjadi generasi terbaik umat Islam.
Lebih jauh Umar Bin Khatab menyampaikan “didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamanya”.
Kalimat tersebut mengisaratkan, mendidik bukan hanya urusan guru tapi juga pemerintah, keluarga, dan lingkungan tempat tinggal.
Guru, karena Nabi Muhammad SAW tidak hanya mensabdakan dalam penyampaian hikmah dan ilmu, tetapi Nabi Muhammad SAW juga mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Aktivitas menyampaikan dan aplikasi itulah yang menjadikan para sahabat menjadi generasi terbaik umat Islam.
Lebih jauh Umar Bin Khatab menyampaikan “didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamanya”.
Kalimat tersebut mengisaratkan, mendidik bukan hanya urusan guru tapi juga pemerintah, keluarga, dan lingkungan tempat tinggal.
Hal tersebut dilakukan untuk menjebatani generasi penerus Indonesia dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan zamanya.
Peran pemerintah sebagai guru dalam pengambil kebijakan harus membuat peraturan yang memproteksi khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi pada ranah aktivitas positif.
Hal tersebut tidak cukup hanya dengan membuat UUD tentang IT yang berfungsi dalam memblokir situs-situs berafiliasi negatif dan membuat UUD anti plagialisme.
Lebih jauh pemerintah harus membuat rancangan undang-undang yang memberikan angin segar pada generasi penerus Indonesia untuk mengembangkan hasil penemuannya dengan mempermudah regulasi hak paten.
Hal tersebut tidak cukup hanya dengan membuat UUD tentang IT yang berfungsi dalam memblokir situs-situs berafiliasi negatif dan membuat UUD anti plagialisme.
Lebih jauh pemerintah harus membuat rancangan undang-undang yang memberikan angin segar pada generasi penerus Indonesia untuk mengembangkan hasil penemuannya dengan mempermudah regulasi hak paten.
Pemerintah juga harus secara sadar mengapresiasi penemuan yang bersifat global atau dapat digunakan khayalak umum.
Dengan cara mengembangkanya hingga membuatkan hanggar produksi dalam rangka memproteksi ilmu pengetahuan dan teknologi generasi penerus.
Jangan lagi penemuan yang dihasilkan oleh generasi penerus Indonesia hanya dijadikan angin lalu.
Seperti, pembuatan pesawat yang diprakasai oleh B.J Habibi dan Mobil Nasional yang diprakrasai oleh anak-anak SMK.
Peran orang tua sebagai guru dirumah adalah memantau kegiatan yang dilakukan anak baik dalam kegiatan sehari-hari maupuan dalam penggunaan teknologi.
Peran orang tua sebagai guru dirumah adalah memantau kegiatan yang dilakukan anak baik dalam kegiatan sehari-hari maupuan dalam penggunaan teknologi.
Orang tua harus dapat mengarahkan penggunaan teknologi pada ranah yang positif.
Hal itu berarti penggunaan teknologi dirumah harus secara intensif dilakukan pengecekan, misalnya melakukan pengecekan HP/Tab/laptop anak secara rutin seminggu sekali.
Peran pendidik sebagai guru disekolah adalah menjembatani penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam konteks bukan hanya sebagai teori semata.
Hal itu berarti penggunaan teknologi dirumah harus secara intensif dilakukan pengecekan, misalnya melakukan pengecekan HP/Tab/laptop anak secara rutin seminggu sekali.
Peran pendidik sebagai guru disekolah adalah menjembatani penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam konteks bukan hanya sebagai teori semata.
Tapi harus diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran.
Hal itu berarti guru harus mendekatkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada siswa-siswi dengan mengaplikasikan penggunaan teknologi untuk kegiatan pembelajaran dan penemuan di sekolah.
Peran teman sebaya sebagai guru adalah mengajak teman lainya untuk menggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi pada kegiatan positif.
Hal itu dapat dilakukan dengan cara tidak menyimpan konten-konten negatif pada HP/Tab/Laptop.
Hal itu berarti guru harus mendekatkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada siswa-siswi dengan mengaplikasikan penggunaan teknologi untuk kegiatan pembelajaran dan penemuan di sekolah.
Peran teman sebaya sebagai guru adalah mengajak teman lainya untuk menggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi pada kegiatan positif.
Hal itu dapat dilakukan dengan cara tidak menyimpan konten-konten negatif pada HP/Tab/Laptop.
Tidak secara berlebihan mengunakan teknologi sehingga membuang waktu kita untuk belajar hal-hal lainya, dan penggunaan teknologi untuk kegiatan bermaanfaat seperti menulis dan mencari informasi bacaan.
Indonesia merdeka harus dimaknai sebagai momen sakral untuk memperbaiki segala aspek kehidupan bangsa, tak terkecuali membumikan makna guru.
Karena dengan membumikan makna guru akan menumbuhkan kesadaran.
Indonesia merdeka harus dimaknai sebagai momen sakral untuk memperbaiki segala aspek kehidupan bangsa, tak terkecuali membumikan makna guru.
Karena dengan membumikan makna guru akan menumbuhkan kesadaran.
Kita sebagai masyarakat Indonesia memiliki tanggung jawab yang sama dalam mentrasfer ilmu pengetahun dan teknologi secara positif untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. (Agustian Deny Ardiansyah)
5 comments
Kecerdasan setiap kita dalam memanfaatkan kemajuan TIK sangat diperlukan, tidak menyimpan konten negatif di perangkat komunikasi dan tidak mengakses situs negatif adalah salah satu caranya.... Terimakasih Mas Agus Deni...
Sama sama pak hilman
Hidup guru
sepakat pak guru, didiklah anakmu sesuai dengan zamannya.
Guruku pahlawanku
Terimakasih sudah memberikan masukan dan saran
EmoticonEmoticon