Ilustrasi Menulis (afkaribook.com)
“Orang boleh
pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam
masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”
(Pramoedya Ananta Toer)
Menulis
adalah sarana komunikasi seseorang, dengan menulis seseorang mampu menjabarkan pemikirannya
untuk bisa dinikmati hingga lintas generasi.
Bahkan apa
yang telah terjadi pada masa lalu dapat menjadi gamblang karena ditemukaanya
sumber tulis.
Sebut saja
Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca dimasa kerajaan majapahit,
Kitab Sutasoma yang menjadi cikal bakal semboyan Bineka Tunggal Ika atau Kitab
Arjunawijaya yang ditulis oleh Mpu Tantular.
Kitab-kitab
tersebut ditulis jauh sebelum masa Indonesia merdeka seperti saat ini, namun
ilmu, petuah atau makna yang terkandung di dalam kitab-kitab tersebut masih
dipelajari hingga saat ini dan bahkan menjadi inspirasi bagi founding father
negara kita.
Maka bisa dikatakan bahwa
peradaban menulis terkhusus bangsa kita sudah sangat lama dilakukan dan menjadi
sarana penghubung antara masa silam dengan saat ini.
Begitu cerdas dan arif leluhur
kita, selain membuat monumen yang hingga saat ini masih bertahan juga
meninggalkan bukti tulis untuk menjadi sarana kita mempelajari kehidupan
leluhur kita di masa itu.
Begitu juga dengan kita
seharusnya, persisi apa yang dituliskan oleh Pramodya Ananta Toer, yang
intinya, dengan menulis kita akan diingin oleh zaman serta akan terus ada dan abadi,
“menulis adalah bekerja untuk keabadian”.
Oleh karena itu kita harus
menulis untuk meninggalkan autetifikasi pemikiran kita sehingga bisa
ditelaah dan dibahas oleh lintas generasi setidaknya yang paling kecil adalah
keluarga kita, anak kita, cucu kita, cicit kita dan seterusnya.
Terlebih bagi seorang guru,
menulis seharusnya menjadi sebuah kebutuhan yang tidak boleh ditinggalkan
ditengah rutinitas membuat administrasi, mengajar, mendidik atau aktfitasa
lainnya.
Guru harus bisa meluangkan
waktunya kendati sebentar walau hanya untuk menuliskan sebuah judul atau dua,
tiga kata untuk dilanjutkan nantinya.
Karena dengan menulis guru
mampu menuangkan ide, gagasan dan pendapatnya akan suatu hal yang pada akhirnya
mampu mengubah cara pandang guru terhadap sesuatu.
Menulis juga mampu membuat
guru menyerap hal-hal yang terjadi disekitarnya sehingga membuat guru peka dan
mampu mengikuti perkembangan yang terjadi atau tidak stagnan.
Dengan menulis juga membantu
guru memahami perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan seperti
kurikulum, media ajar, alat ajar atau dokumen ajar sehingga sesegera mungkin
dapat menyesuaikan untuk mengakses dan mengaplikasikan bentuk-bentuk perubahan
tersebut baik di ruang kelas atau sekolah.
Intinya, dengan menulis guru
mampu lebih peka terhadap perubahan yang terjadi dan dengan cepat dapat beradaptasi
untuk mengimplementasikanya pada kegiatan pengajaran dan pendidikan yang
dilakukanya baik di kelas atau sekolah.
Pertanyaannya, apakah kita
sudah membiasakan menulis sebagai bagian dari kegiatan kita sebagai guru?.
Lalu bagaimana kita bisa
memulai menulis bagi seorang guru?.
1. Niat dan Kesungguhan
Tanamkan niat dan keseungguhan
dalam hati kita untuk benar-benar ingin menulis sehingga kita mampu untuk
menuangkan buah pikiran kita dalam setiap kata pada barisan paragraf yang
membentuk tulisan utuh.
Itulah yang saya lakukan
sebelum menulis, selalu diawali dengan niat dan kesungguhan, sehingga tulisan yang
ingin saya tulis bisa benar-benar di selesaikan walau prosesnya akan memakan
waktu yang lama.
Namun dengan kesungguhan untuk
mencari data dan menarasikanya dalam bentuk tulis, lambat laun tulisan tersebut
akan selesai dan bisa dinikmati oleh banyak orang.
2. Menuliskan Hal-Hal yang
Kita Kuasai
Ketika menulis biasakan
menuliskan hal-hal yang kita kuasai atau sesuai dengan kemampuan kita sehingga
kita memiliki gambaran tentang hal yang akan kita tulis dan mudah menarasikanya
dalam rangkaian kata dan paragraf yang akan kita buat sehingga membentuk
tulisan yang utuh.
Dulu ketika awal-awal saya
termotivasi untuk menulis, saya langsung menulis tentang hal-hal berbau politik
untuk diterbitkan di salah saru surat kabar di daerah kami, namun hasilnya
nihil dan tak satupun tulisan itu terbit.
Setelah berkonsultasi dengan
rekan sejawat yang seorang jurnalis, kemudian saya menulis sesuai dengan
begroun pendidikan saya yaitu pendidikan geografi dengan mengambil tema
“kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Gempabumi di sekolah” dan akhirnya bisa
terbit, selain karena momentumnya pas setelah tejadi gempa nepal dan padang
tahun 2015.
3. Menulis yang Ada di Sekitar
Kita
Ketika pertama kali menulis,
jangan mencari hal-hal yang ada di luar jangkauan kita, namun apa yang ada di
sekitar kita, sehingga kita mampu mengkontruksi tulisan tersebut dengan sangat
baik seperti pengalaman pribadi kita, kembali mengulas buku yang telah selesai
di baca atau merespon kejadian yang terjadi di sekitar kita.
Saya dalam menulis selalu yang
ringan-ringan dimana dengan menarasikan apa yang saya alami selam sehari ini,
seperti saya pernah menulis “tips agar jam terakhir tidak berakhir membosankan”
dimana tulisan itu lahir dari kegiatan saya mengorganisir siswa pada pembelajaran
saya di jam terakhir.
Atau ketika saya membuat
tulisan “kembalikan laut babel” yang merespon isu lingkungan utama laut akibat
tambang timah.
4. Mengatur Waktu Menulis
Bagi seorang yang akan baru
menulis, mengatur waktu untuk menulis sangat penting karena berkaitan dengan cara
kita mengkontenplasi pikiran dan rasa kita untuk kemudian dituangkan dalam
bentuk tulis.
Biasanya dalam menulis saya
melakukanya setelah sholat subuh, karena kondis otak masih dalam zona “alpa”
sehingga daya serap untuk menuangkan tulisan menjadi lebih mudah dan lancar
atau ketika jam 10.00 – 00.00 WIB setelah meletakan semua aktifitas kerja
sehingga saya bisa fokus untuk menulis, namun biasanya jika menulis malam saya
tidur sore sebentar.
5. Membuat Kerangka Tulis
Sebelum menulis usahakan kita
membuat kerangka tulis yang terdiri dari urutan-urutan topik yang akan kita
tuangkan baik dari pendahuluan kemudian isi dan penutup.
Diawal-awal saya menulis dulu,
saya selalu membuat kerangka tulis misalnya akan menulis “penghijauan” maka
urutanya adalah masalah penggundulan hutan kemudian sebab-sebab terjadi
penggundulan hutan lalu damapak negatif dari adanya penggundulan hutan – solusi
terjadinya penggundulan hutan dan terakhir kesimpulan.
6. Jangan Berfikir Sempurna
Tulis saja atau tuangkan saja
apa yang ada didalam kepala tentang ide yang ingin kita tulis tidak usah
berfikir ini itu tulis saja nanti setelah selesai baru kita edit kembali
tulisan mana yang harus dipertahankan atau dibuang.
Saya diajarkan oleh guru
menulis saja, ketika menulis menulis saja, nanti bila sudah merasa selesai atau
mentok baru kita baca ulang untuk melakukan editing dan menelaah tulisan
kembali untuk membuat judul.
7. Konsisten Untuk Menulis
Buat komitmen untuk menulis,
bisa sehari sekali, dua hari sekali, seminggu sekali atau sebulan sekali dan
kosisten sehingga kita mampu belajar dari tulisan yang kita buat.
Selama menekuni dunia
tulis-menulis utamanya dua bulan terkahir ini, saya termotivasi untuk menulis
setiap hari dengan ide tulisan sederhana yang saya alami sehari-hari.
Ayomenulis untuk meninggalkan
jejak pikiran kita di masa yang akan datang.
Salam belajar nulis. |
3 comments
terima kasih pak, saya tergugah untuk melanjutkan sebuah judul yang telah saya mulai
Kreen abis sangat menginspirasi, pk, Agus
Mantab... sangat menginspirasi. Bagaimana cara mengirim tulisan ke Blog ini?
Terimakasih sudah memberikan masukan dan saran
EmoticonEmoticon