Batu Belimbing : Wisata dan Legenda

- 09.36
advertise here
Oleh: Hera Framiugita
Selasa 7 Februari 2023, 09:46 WIB



Suasana Malam Batu Belimbing (Dok. TIK Basel)
 

Hembusan angin dan desiran ombak terasa menundukan hati, memberikan ketenangan seperti ketika embun membasahi rerumputan dan pepohonan di pagi hari. 

Ditambah perpaduan mentari yang sayup-sayup menghilang di balik awan, mengkiaskan cakrawala dan memberikan ketenangan.

Itulah wisata Batu Belimbing, menenangkan dan menggembirakan.

“Batu Belimbing” merupakan salah satu objek wisata menarik dan langka yang bisa kita temui di Kota Toboali, Kabupaten Bangka Selatan.

Tepatnya di Jln. Pasiban - Kampung Lalang - Tanjung Ketapang Dusun Jebu Laut, Desa Kelabat.

Batu belimbing adalah gugusan batu granit yang terbentuk dari sebuah pembekuan magma di dalam perut bumi yang berlangsung sekitar 270 juta tahun yang lalu.

Batu Belimbing memiliki motif berbentuk garis-garis dengan irisan pada batu. 

Garis tersebut terbentuk karena pengikisan air hujan secara terus-menerus, sehingga membuat permukaan batu menghasilkan bentukan seperti sekarang dengan bentuk seperti buah ”belimbing”.

Kawasan wisata Batu Belimbing memiliki pemandangan yang sangat indah.

Karena terletak di atas bukit yang tinggi dan di tumbuhi oleh pepohonan yang hijau.

Dari atas kita bisa melihat pemandangan laut batu prahu serta matahari terbit dan tenggelam. 

Bahkan bila beruntung, Kita bisa melihat sebuah pelangi dari atas bukit Batu Belimbing.

Selain memberikan nuansa keidahan, Batu Belimbing juga memberikan suatu bentuk edukasi sejarah dalam bentuk legenda. 

Legenda kuno Batu Belimbing tersebut bercerita tentang Bang Belim dan Ko Abing yang menyelamatkan penduduknya dari wabah penyakit.

Suatu masa, hiduplah dua orang sahabat di kampung tepi pantai sebelah barat kota Toboali. 

Dua sahabat ini adalah Bang Belim dari suku Melayu dan Ko Aling dari suku Tionghoa. 

Mereka berdua tumbuh bersama dan memiliki ikatan selayaknya saudara.

Kebiasaan yang sering mereka lakukan sejak kecil adalah menikmati turunnya matahari terbenam dari atas Batu Belimbing. 

Hal itu juga sekaligus menegaskan menganai persahabatan dua insan berbeda tersebut dengan saksi sang batu belimbing tersebut.

Pada suatu ketika, terjadi wabah penyakit di kampung Bang Belim dan Ko Abing. 

Segala bentuk ramuan obat telah dicoba, namun belum dapat menanggulangi wabah penyakit yang melanda kampung mereka.

Akibatnya wabah itu banyak menimbulkan korban jiwa terutama orang tua dan anak-anak.

Keadaannya sangat meprihatikan, Bang Belin dan Ko Abing pun tak luput dari serangan penyakit aneh tersebut. 

Suatu malam, keduanya mendapat mimpi sama bahwa ada seorang tabib sakti di seberang lautan yang dapat menyembuhkan penyakit di kampung di mereka. 

Tanpa berpikir panjang, kedua sahabat itu pun langsung berlayar dengan perahu milik Bang Belim untuk mencari tabib sakti yang hadir dalam mimpi mereka berdua.

Setelah berlayar seharian mereka berhasil menemukan tabib sakti yang ditemui mereka berdua dalam mimpi. 

Tabib sakti tersebut kemudian memberikan sebuah buah berbentuk bintang. 

Buah tersebut kemudian dibawa oleh Bang Belin dan Ko Abing semampunya untuk kemudian dibagiakan kepada warga kampung.

Dengan ketentuan satu butir buah hanya dapat menyembuhkan satu orang saja.

Sekembalinya Bang Belin dan Ko Abing di kampungnya, mereka berdua langsung membagikan buah berbentuk bintang tersebut kepada warga kampung. 

Sungguh ajaib!!, setelah memakan buah berebentuk bintang tersebut penyakit yang mendera warga kampung langsung sembuh.

Kendati begitu, ternyata buah yang Bang Belin dan Ko Abing bawa belum mampu mencukupi semua warga yang tinggal di kampung tersebut.

Sehingga Bang Belin dan Ko Abing merelekan buah yang seharusnya mereka makan kepada seorang ibu dan anaknya.

Akhirnya, Bang Belim dan Ko Abing tidak dapat tertolong nyawanya, keduanya wafat pada hari yang sama. 

Sebelum meninggal mereka meminta agar dimakamkan bersama – sama di tempat mereka berdua selalu menikmati indahnya matahari terbenam.

Warga kampung memenuhi permintaan terakhir mereka. 

Tujuh hari setelah keduanya dimakamkan, terjadi fenomena alam dimana ribuan burung walet terbang di langit memberitahukan kabar gembira. 

Tiba-tiba ada seseorang berteriak “ ada batu besar di makam Bang Belim dan Ko Abing”. 

Maka para warga berbondong-bondong pergi ke tempat itu. 

Ajaibnya muncullah batu raksasa yang mirip dengan buah yang menyembuhkan wabah penyakit para warga tersebut.

Akhirnya para warga kampung tersebut sepakat memberi nama batu tersebut dengan sebutan Batu Belimbing, yang berasal mula dari gabungan dari nama mereka berdua (Bang Belin dan Ko Abing).

Selaian pesona keindahan dan jejak legenda yang melekat pada wista Batu Belimbing. 

Batu Belimbing secara letak juga memiliki keunikan karena terintegrasi dengan wisata lainya yang berada di kota toboali seperti, Pantai Batu Perahu, Laut Nek Aji, Benteng Toboali, serta objek wisata Gunung Gadung.

Letak tersebut juga memudahkan pengunjung atau wisatawan untuk mengaksesnya  secara maraton. 

Dimulai dari, pendestrian Himpang Lime Habang-Laut Nek Aji - Benteng Toboali - Batu Belimbing dan terakhir di Batu Kapur sebagai sarana melepas lelah dan menikmati kuliner khas Bangka Selatan.  

Terakhir, untuk melestarikan keidahan dan jejak legenda Batu Belimbing.

Mari kita sebagai pengunjung objek wisata Batu Belimbing dan wisata lainnya di Bangka Selatan untuk menjaga sikap, mematuhi tetap tertib, menjaga bersih dan kerapian. 

Hal tersebut dikarenakan, kita sebgai penikmat wisata juga memliki tanggungjawab untuk melestarikan dan menjaga tempat wisata yang kita banggakan.
 
Hal tersebut dilakukan untuk menarik wisatawan mengunjungi kota Kita sehingga dunia tau bahwa Bangka Selatan memiliki banyak objek wisata yang indah, menarik dan mempesona. (ags*)

Terimakasih sudah memberikan masukan dan saran
EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search

Catatan: