Layangan

- 16.04
advertise here
Oleh: Ummi Sulis (Guru SD Negeri 3 Pulau Besar)
25 Oktober 2025, 16:01 WIB 

Anak-Anak Bermain Layang-Layang 
(Sumber: MetaAi)

Abang dan Adek terlihat bertambah cokelat kulitnya. Dengan kebiasaan menghilang setiap liburan ngaji, pulang-pulang menjelang sore hari, mereka terlihat lebih berwarna semakin gelap. 

Hari libur akhir pekan adalah waktu yang paling ditunggu dua beradik itu. Tanpa dikomando, banyak anak-anak berkumpul di halaman rumah, mereka mengadakan konferensi ala anak kecil, menentukan di mana lokasi bermain berikutnya. Tak lama, mereka semua menghilang dari pandangan.

Seperti pagi ini, setelah sarapan, kedua beradik itu langsung dijemput teman-temannya.

"Asna, Frans, sudah siap belum?" Terdengar Ipin dan Pian berteriak. Si Kembar mengajak main.

"Ya, bentar, ngambil layangan dulu!" jawab Abang Avicenna.

"Ini, Bang!" teriak Adek. Mereka pun menghampiri si Kembar.

"Ummi, kami main dulu, ya?" Pamit Abang dan Adek.

"Sudah mandi belum, itu?" tanya Ummi dari dalam rumah, "mandi dulu!"

"Nanti, Mi, menjelang Zuhur kami pulang," jawab Abang.

Mereka pun menghilang bersama teman-temannya. Belum mandi sudah kabur. Tinggallah Ummi yang ngedumel sendiri. Kadang kalau ketahuan duluan, mereka dipaksa mandi. Tetapi kalau Ummi tidak terlihat, mereka pamit langsung kabur.

Abang, Adek, dan teman-temannya sudah menjadi penghuni lapangan bola sekarang. Mereka berlarian ke sana kemari menerbangkan layangan yang dibawa dari rumah. Setelah mapan, barulah mereka mengulurkan benang layangan, sehingga mainan itu semakin tinggi. Namun, ada teman mereka, si Andi, layangannya tidak dapat terbang. Karena kesal, akhirnya dia duduk di bawah pohon akasia, menyaksikan teman-temannya bermain layangan.

"Ndi, layanganmu kenapa gak bisa terbang?" tanya Adek saat menyejajarkan duduk bersama Andi.

"Gak tau, padahal kemarin bisa, tuh terbang," jawab Andi.

"Mungkin layangannya apa benangnya, ya?" tanya Adek.

"Entahlah, lihat punya yang lain aja." Andi sibuk memperhatikan makhluk penghuni lapangan bola yang menarik ulur benang layangan.

"Hmmm, ya, udah. Nanti diperiksa lagi aja, siapa tahu gak seimbang," ujar Adek. Dia pun membiarkan Andi dengan pikirannya. Tampak anak itu sedikit kesal karena layangannya tidak dapat terbang seperti punya teman-temannya.

Tiba-tiba Andi bangkit dari posisi duduk dan berkata pada Adek, " Aku pulang aja, ya, daripada di sini cuma duduk aja." 

"Oh, iya, Ndi. Aku nunggu Abang main aja." Adek menjawab.

Dari arah lapangan ternyata sudah ramai anak-anak mengejar layangan. Entah layangan siapa yang benangnya putus. Adek pun mendongak ke langit. Eh, itu layangan Abang.

"Bang, layanganmu putus benangnya, ya?" teriak Adek.

"Iya, tadi bersenggolan dengan layangan Putra!" jawab Abang sambil melihat arah layangannya yang semakin menjauh.

"Yah, sepertinya layanganmu terbangnya semakin menjauh, anginnya kencang bertiup," teriak Adek lagi. "Inget kata Ummi, kalau udah jauh biarin aja, gak usah dijejar-kejar, nanti kita minta duit beli yang baru, hehe," cengenges Adek.

Akhirnya, layangan itu pun dibiarkan menghilang dari pandangan. Karena hari sudah menjelang Zuhur, anak-anak pulang. Ada yang sedih, seperti Abang dan Andi. Ada pula yang gembira,karena layangan terbang tinggi.

Sesampai di rumah, ternyata Ummi takada. Biasanya ke warung untuk membeli sayuran. Abi ada di belakang rumah, membersihkan pekarangan rumah. Kedua beradik itu kemudian bersiap mandi, setelah berada lima menit di bawah kipas angin yang diputar langsung ke volune 3. Sampai-sampai kertas beterbangan di sekitar ruangan. Mereka pun memelankan jalan kipas ke angka satu. 

"Adek aja mandi duluan." Abang bicara sambil selonjoran menikmati kipas angin.

"Hmmm." Adek beranjak mengambil handuknya, mencari baju ganti, kemudian beranjak ke kamar mandi.

"Assalamu'alaikum." Suara Ummi terdengar, sudah kembali dari warung.

"'alaikumussalam," jawab Abang.

"Adek mana, Bang? tanya Ummi.

"Mandi duluan, Mi, Abang masih agak berkeringat, tadi ngejar layangan."

"Oh, kenapa layangannya dikejar?" tanya Ummi.

"Putus, Mi, tapi gak jadi ngejarnya, keburu jauh."

"Oh, ya udah, jangan sedih." Ummi membujuk.

Tak lama, Adek keluar dari kamar mandi, dan menemui Ummi.

"Ada jajanan gak, Mi?" Adek membongkar belanjaan Ummi dan mengambil kue bakpia isi kacang dari dalam keranjang belanja. "Ada, toh, ternyata," ujar Adek semringah.

Abang sudah ke kamar mandi untuk membersihkan badannya. Sedangkan Adek, sudah terlihat segar dengan baju hitam dan celana sirwal berwarna cream.

"Layangan Abang putus benang ya, Dek?" tanya Ummi.

"Iya, Mi, sama layangan Putra, tapi punya Putra gak apa-apa. Oh iya, Mi, layangan Andi gak bisa terbang, itu kenapa, Mi? Kata Adek sih gak seimbang, sebab waktu Abi membuat layangan Abang, katanya harus seimbang," tanya Adek penasaran.

"Banyaknya, pertanyaan, kalau di sekolah, suka nanya banyak-banyak, gak?" tanya Ummi.

"Hehe, enggak, tapi ndengerin kok," jawab Adek singkat.

"Hmmm, layangan Abang putus benang, layangan Andi gak bisa terbang. Mungkin ada beberapa penyebabnya, Dek."

"Apa, Mi, penyebabnya," kepo Adek.

"Kalok Abang, kemungkinan saat main layangan itu posisi benang sedang ditarik, sedangkan benang layangan Putra sedang diulur. Semakin tinggi ketegangan (tarikan) pada benang layangan, semakin rapuh benang tersebut saat terjadi gesekan. Para pemain layangan yang ahli tahu cara mengatur ketegangan ini untuk mendapatkan keuntungan dalam pertarungan. Ketegangan yang tinggi akan mempermudah benang gelasan untuk memutuskan benang lawan. Apalagi benang Putra mungkin sudah dicampur gelasan. Makin memudahkan untuk memutuskan benang lawan. 
Dalam permainan layangan, benang yang ditarik secara mendadak atau dijepret lebih cepat putus daripada benang yang diulur. Ini karena beberapa faktor fisika yang bekerja pada benang tersebut."
 
"Oh, begitu. Kalau layangan Andi?"

"Ada beberapa kemungkinan layangan gagal terbang. Bisa jadi faktor penyebab layangan Andi tidak bisa terbang bukan karena angin tidak cukup, tetapi kondisi layangan tidak ideal. Mungkin saja bentuk tidak seimbang, jika salah satu sisi sayap layangan melengkung atau kaku lebih dari sisi lainnya, layangan bisa miring atau sulit terbang."

"Bisa juga karena kerusakan atau kelonggaran. Robekan atau plastik yang kendor di salah satu sisi sayap dapat membuat layang-layang tidak stabil dan tidak bisa terbang."

"Iya, Mi, Andi bilang juga kemarennya layangan bisa terbang, kok."

"Nah, pesan Ummi, Abang dan Adek jangan pakek gelasanlah, kan bukan untuk pertandingan. Benang yang diberi gelasan itu berbahaya. Bermain layangan boleh, tapi harus benar-benar murni bermain, bukan untuk pertandingan yang mencederai lawan."

"Iya, Mi," jawab Adek. Sedangkan Abang,ternyata sudah mendengarkan bincang itu dari tadi. Anaknya cuma diam saja, tanpa komentar. Mereka pun makan jajanan yang dibeli Ummi dari warung. Semoga hari besok layangannya tidak putus lagi.

Terimakasih sudah memberikan masukan dan saran
EmoticonEmoticon

This Newest Prev Post
 

Start typing and press Enter to search

Catatan: