Oleh: Admin
17 Oktober 2025 (17:13)
![]() |
Makan Siang di Sekolah Jepang (Sumber:Ammerarpublik.com) |
Jepang memiliki pendekatan unik dalam mengajarkan kedisiplinan pada siswa yang tidak mengandalkan hukuman fisik, melainkan fokus pada pengembangan karakter, tanggung jawab, dan kesadaran sosial.
Beberapa cara utama yang digunakan:
1. Pendekatan "Mimamoru" (Mengajar Sambil Mengamati).
Ini adalah filosofi di mana guru memberikan ruang kepada siswa untuk menyelesaikan konflik atau masalah mereka sendiri, dengan pengawasan yang sabar dan minimal.
Tujuannya adalah agar siswa belajar dari pengalaman dan merefleksikan tindakan mereka, sehingga mereka memahami konsekuensi dari perbuatan mereka secara mandiri, bukan karena takut hukuman.
Intervensi minimal hanya dilakukan jika ada potensi bahaya.
2. Penekanan pada Tanggung Jawab Sosial
Siswa diajarkan untuk memahami bagaimana perilaku mereka memengaruhi orang lain dan komunitas.
Mereka didorong untuk selalu mempertimbangkan perasaan dan kepentingan orang lain (empati) sebagai dasar untuk bertindak.
3. Pembiasaan Tanggung Jawab Harian
Siswa dilibatkan langsung dalam menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan sekolah (piknik/gotong royong membersihkan kelas, koridor, bahkan toilet) secara bergantian dan rutin. Hal ini menanamkan rasa tanggung jawab, kepemilikan, dan kemandirian.
Siswa juga diajarkan untuk bertanggung jawab atas barang-barang pribadi mereka, seperti mengatur isi tas dan mencuci wadah bekal makan siang.
4. Konsekuensi Logis, Bukan Hukuman.
#Alih-alih hukuman yang tidak relevan, guru menerapkan konsekuensi logis yang berkaitan langsung dengan tindakan siswa. Misalnya, jika merusak barang, siswa bertanggung jawab untuk memperbaikinya. Ini adalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh, bukan sekadar sanksi.
5. Fokus pada Perilaku, Bukan Pribadi Anak.
Disiplin (disebut Shitsuke yang berarti "melatih") sering dilakukan secara pribadi/diam-diam (tidak di depan umum) untuk menjaga harga diri anak. Yang dikoreksi adalah perilakunya, bukan memarahi atau menjatuhkan pribadi si anak.
6. Sistem Dukungan Psikologis yang Solid
Di sekolah Jepang, tersedia dukungan seperti Yogo Teacher (Guru UKS yang juga mendeteksi masalah psikologis), Konselor Sekolah, dan Pekerja Sosial Sekolah. Mereka membantu siswa mengatasi masalah tanpa tekanan, memastikan perkembangan karakter anak tetap terjaga.
Intinya, kedisiplinan di Jepang ditanamkan melalui integrasi nilai-nilai karakter ke dalam kehidupan sehari-hari, berfokus pada melatih tanggung jawab, kemandirian, dan kesadaran kolektif, alih-alih mengandalkan ancaman atau sanksi fisik.
Terimakasih sudah memberikan masukan dan saran
EmoticonEmoticon