Mensucikan Diri Di Bulan Suci (1)

- 19.07
advertise here
Oleh: Agustian Deny Ardiansyah
Senin 6 Maret 2023,  19:07 WIB   

 

Ilustrasi

Sejengkal bulan lagi kita akan berjumpa dengan bulan puasa, bulan yang di tunggu-tunggu oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia. 

Bulan yang penuh dengan berkah dan mafiroh, bulan yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan dimana pintu surga dibuka selebar-lebarnya dan pintu neraka ditutup serapat-rapatnya. 

Bulan dimana kita berlomba dalam melakukan amal kesalehan untuk menjadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Allah SWT berfirman, 

Hai orang-orang yang beriman! diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”(QS Al-Baqarah: 183). 

Firman Allah SWT tersebut memberi makna, puasa tidak hanya diwajibkan bagi kaum Nabi Muhammad SAW, tetapi juga diwajibkan bagi kaum nabi-nabi sebelumnya dalam rangka meningkatkan rasa taqwa kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya taqwa.

Taqwa disitu berarti sesuguh hati menjauhi segala larangaNya dan menjalankan segala PerintahNya. 

Kenapa puasa memberi hadiah ketaqwaan bagi umat Islam?, karena puasa mengajarkan kita untuk mengendalikan diri dari hawa nafsu dengan menjaga pendengaran, penglihatan, mulut, dan syahwat kita dari perbuatan dosa. 

Puasa juga bentuk muhasabah diri dalam rangka mencari keberkahan hidup dan ajang mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan memperbanyak ibadah.

Internalisasi sikap menahan diri dan aktualisasi ibadah itulah yang menghadirkan ketaqwaan sebenar-benarnya bagi diri kita.

Nabi Muhammad SAW bersabda, 

Wahai sekalian manusia! telah datang kepadamu bulan yang agung dan penuh dengan berkah, di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah mewajibkan berpuasa dan mensunahkan mengerjakan shalat malam. Barang siapa yang mengerjakan satu ibadah wajib, maka ia seperti mengerjakan 70 ibadah wajib lainnya, ramadhan adalah bulan kesabaran dan pahala sabar adalah surga (HR dari Said bin Musyyab dari Salman Al-Farisyi).

Hadis di atas menegaskan, bulan puasa adalah bulan dimana kita sebagai umat Islam harus memaknainya tidak hanya dengan menahan lapar dan haus, tetapi dengan mengubah sedikit demi sedikit sikap kita dalam hubunganya dengan manusia dan Allah SWT. 

Hubungan dengan manusia, dilakukan dengan banyak berinfak, bersedekah, bersabar dalam amarah, dan memaafkan orang lain.

Hubungan dengan Allah SWT, meningkatkan kualitas ibadah kita dengan memperbanyak ibadah wajib dan sunah seperti, mengintensifkan sholat lima waktu, menjaga sholat-sholat sunah, membaca Al-Quran, dan merenungi kesalahan-kesalahan kita dengan memohon ampun yang sesuguh-sungguhnya dalam setiap doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT.

Hadis Nabi Muhammad SAW diatas juga menerangkan keutamaan bulan puasa dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya, dimana ketika kita bersuguh hati dalam menjalankan setiap ibadah di bulan puasa, maka Allah SWT akan meberikan pahala sebanyak 70 ibadah wajib pada setiap ibadah yang kita kerjakan. 

Lalu bagaimana hubungan puasa dengan kesabaran?.

Puasa berarti menahan atau mengendalikan diri dari segala bentuk keinginan hawa nafsu yang menimbulkan dosa. 

Pengendalian dari hawa nafsu itulah kesabaran, karena tidak kita pungkiri dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakuakan kekhilafan. 

Kekhilafan itulah yang sebenarnya merupakan bentuk ketidak sabaran yang memunculkan sikap tergesa-gesa tanpa memikirkan akibat dari apa yang kita lakukan.

Lalu bagaimana puasa menjadi cerminan kesabaran yang membawa kita menuju pintu surga?. 

Orang yang melakukan ibadah puasa dengan sungguh-sungguh dapat menciptakan pengendalian diri yang bermuara pada proses internalisasi sikap kesabaran, sehingga menghantarkan keberkahan Allah SWT untuk memberi pahala sebesar-besarnya bagi kita. 

Puasa dalam kaitan cerminan kesabaran dapat di lukiskan menjadi tiga hal.

Pertama, orang berpuasa melatih dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan menjauhi hal-hal yang disukai oleh nafsunya, padahal sebetulnya kita mampu untuk makan, minum atau berjima tanpa diketahui orang, kita meninggalkannya karena sadar bahwa Allah SWT mengawasi kita. 

Kedua, orang puasa mempersempit gerak setan dalam aliran darah manusia, sehingga mempersempit keinginan hawa nafsu yang mengarah pada hal-hal negatif.

Ketiga, dengan berpuasa kita dapat merasakan kepediahan saudara kita yang setiap hari berkutat dengan soal perut, sehingga meningkatkan kepedulian dan empati kita terhadap sesama saudara muslim yang membutuhkan. 

Jika kita benar-benar menginternalisasi sikap sabar atau menahan diri selama bulan puasa menjadi sikap dalam keseharian kita setelah melewati bulan puasa, ingsyallah membuat Allah SWT ridho untuk menghadiahi surga bagi kita.

Dewasa ini Indonesia dilanda oleh krisis mental yang mendera para pemimpin bangsa dan masyarakat, yang menandakan rusaknya mental sebagian orang di Indonesia. 

Oleh karena itu setelah Joko Widodo menjadi presiden Republik Indonesia, beliau mewacanakan tentang  revolusi mental.

Bersambung

Terimakasih sudah memberikan masukan dan saran
EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search

Catatan: