Oleh: Agustian Deny Ardiansyah
Rabu 14 Februari 2023, 05:27 WIB
![]() |
Drs. Supratman mengisi kelas literasi |
Hal itu karena kepala sekolah SMA Muhammadiyah Toboali (H. Supiandi, S.Pd., M.Pd) menjadi juara III Nasional pada lomba Simposium Guru Tahun 2016.
Dalam lomba tersebut kepala sekolah SMA Muhammadiyah Toboali memaparkan artikel dengan judul “Menumbuhkan Budaya Literasi di Sekolah Dengan Program Kata”.
Berawal dari hal tersebut, Saya sebagai salah satu guru SMA Muhammadiyah Toboali pada waktu itu dan juga berkontribusi sebagai penggagas ide tersebut.
Kelas literasi selain sebagai ajang menggiring pemahaman peserta didik tentang pentingnya membaca dan menulis (literasi).
Kelas literasi juga menjadi ajang para peserta didik untuk membuat karya dalam bentuk puisi, cerpen, mading, pengalaman hidup, opini, meringkas informasi dari sebuah film, atau membaca puisi dan cerpen.
Dalam lomba tersebut kepala sekolah SMA Muhammadiyah Toboali memaparkan artikel dengan judul “Menumbuhkan Budaya Literasi di Sekolah Dengan Program Kata”.
Berawal dari hal tersebut, Saya sebagai salah satu guru SMA Muhammadiyah Toboali pada waktu itu dan juga berkontribusi sebagai penggagas ide tersebut.
Ingin menuliskan ide dan gagasan tersebut dalam sebuah opini.
Hal tersebut Saya lakukan agar khayalak umum terkusus instansi pendidikan bisa mengadopsi ide tersebut menjadi sebuah alternatif pilihan.
Hal tersebut Saya lakukan agar khayalak umum terkusus instansi pendidikan bisa mengadopsi ide tersebut menjadi sebuah alternatif pilihan.
Utamanya dalam menumbuhkan budaya membaca dan menulis (literasi) di sekolah dengan program kata.
Program kata merupakan suatu program yang menawarkan inovasi dalam pembiasan budaya membaca dan menulis (literasi) di sekolah.
Program kata merupakan suatu program yang menawarkan inovasi dalam pembiasan budaya membaca dan menulis (literasi) di sekolah.
Dengan prinsip literasi yang bersifat berimbang dan sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.
Prinsip tersebut memberi arti, dalam pelaksanaannya program kata memberi ruang yang seluas-luasnya mengenai keberagaman yang ada pada tiap peserta didik.
Program kata dalam kaitan penumbuhan budaya membaca dan menulis (literasi) di sekolah, memiliki tiga implementsi program (1) E-Puskata, (2) Mentoring Kata, dan (3) Arisan Kata.
Pertama, program Kata “E-Puskata” (Elektronik- Perpustakaan dan Kata) merupakan program kata yang menyasar pada aktifitas perpustakaan sekolah.
Program ini mencoba merevitalisasi perpustakaan sekolah baik dalam pengadaan buku, seting tempat, pelibatan publik dalam kaitan membaca dan menulis dan reward (penghargaan).
Program E-puskata dalam kaitan pengadaan buku di perpustakaan tidak harus terpaku pada buku cetak.
Prinsip tersebut memberi arti, dalam pelaksanaannya program kata memberi ruang yang seluas-luasnya mengenai keberagaman yang ada pada tiap peserta didik.
Program kata dalam kaitan penumbuhan budaya membaca dan menulis (literasi) di sekolah, memiliki tiga implementsi program (1) E-Puskata, (2) Mentoring Kata, dan (3) Arisan Kata.
Pertama, program Kata “E-Puskata” (Elektronik- Perpustakaan dan Kata) merupakan program kata yang menyasar pada aktifitas perpustakaan sekolah.
Program ini mencoba merevitalisasi perpustakaan sekolah baik dalam pengadaan buku, seting tempat, pelibatan publik dalam kaitan membaca dan menulis dan reward (penghargaan).
Program E-puskata dalam kaitan pengadaan buku di perpustakaan tidak harus terpaku pada buku cetak.
Namun bisa menggunakan buku yang diambil secara elektoronik (e-book nonpelajaran) maupun koleksi dalam bentuk audio visual seperti video dan DVD.
E-book dan Video tersebut bisa dipinjamkan secara elektronik dengan menggunakan flasdisk atau bisa dibaca dan dilihat secara langsung oleh peserta didik dengan menggunkan komputer yang tersedia di perpustakaan sekolah.
Program E-puskata dalam kaitan seting ruang perpustakaan memiliki dua konsep penting, yaitu “Pojok Selfi” dan “Pojok Kata”.
E-book dan Video tersebut bisa dipinjamkan secara elektronik dengan menggunakan flasdisk atau bisa dibaca dan dilihat secara langsung oleh peserta didik dengan menggunkan komputer yang tersedia di perpustakaan sekolah.
Program E-puskata dalam kaitan seting ruang perpustakaan memiliki dua konsep penting, yaitu “Pojok Selfi” dan “Pojok Kata”.
Pojok selfi merupakan salah satu sudut perpustakan yang mencoba masuk pada dunia peserta didik dengan membuat seting yang bisa digunakan untuk selfi/photo dengan latar mengenai hal-hal motivasi tentang membaca dan menulis (literasi).
Pojok selfi ini digunakan sebagai penarik minat peserta didik agar menyukai perpustakaan sesuai dengan inisiatifnya sendiri bukan karena paksaan atau aturan.
Pojok kata, merupakan salah satu sudut perpustakaan yang memajang kata-kata motivasi membaca dan menulis (literasi) yang ditulis oleh peserta didik setiap masuk ke perpustakaan.
Pojok kata tersebut berfungsi sebagai pengingat bagi peserta didik tentang pentingnya membaca dan menulis (literasi) sesuai dengan kata motivasi yang peserta didik buat ketika masuk ke perpustakaan.
Pelibatan publik dalam kaitan program E-puskata, merupakan suatu program yang mengharuskan peserta didik meng-upload buku bacaan yang dipinjam dari perpustakaan sekolah ke aplikasi fecebook.
Saat meng-upload peserta didik harus menyertakan beberapa komponen yang sudah disepakati seperti (1) judul buku, (2) penulis buku, (3) penerbit buku, (4) jumlah halaman buku, (5) sinopsis buku dan, (6) alasan kenapa tertarik membaca buku tersebut.
Aktivitas meng-upload tersebut bertujuan untuk melakukan pelibatan publik, terhadap kegiatan peserta didik dalam peminjaman buku sehingga pembaca facebook bisa memberikan like atau komen terhadap buku yang di-upload.
Terpenting, Aktivitas meng-upload tersebut bertujuan untuk menambah semangat peserta didik dalam kaitan membaca dan menulis (literasi) serta memberi pengaruh pada peserta didik lain untuk juga ikut meminjam buku di perpustakaan.
Program E-puskata yang terakhir adalah reward, dimana reward ini diberikan pada program-program tertentu, seperti bulan bahasa dan atau saat pembagian raport ujian sekolah.
Pojok selfi ini digunakan sebagai penarik minat peserta didik agar menyukai perpustakaan sesuai dengan inisiatifnya sendiri bukan karena paksaan atau aturan.
Pojok kata, merupakan salah satu sudut perpustakaan yang memajang kata-kata motivasi membaca dan menulis (literasi) yang ditulis oleh peserta didik setiap masuk ke perpustakaan.
Pojok kata tersebut berfungsi sebagai pengingat bagi peserta didik tentang pentingnya membaca dan menulis (literasi) sesuai dengan kata motivasi yang peserta didik buat ketika masuk ke perpustakaan.
Pelibatan publik dalam kaitan program E-puskata, merupakan suatu program yang mengharuskan peserta didik meng-upload buku bacaan yang dipinjam dari perpustakaan sekolah ke aplikasi fecebook.
Saat meng-upload peserta didik harus menyertakan beberapa komponen yang sudah disepakati seperti (1) judul buku, (2) penulis buku, (3) penerbit buku, (4) jumlah halaman buku, (5) sinopsis buku dan, (6) alasan kenapa tertarik membaca buku tersebut.
Aktivitas meng-upload tersebut bertujuan untuk melakukan pelibatan publik, terhadap kegiatan peserta didik dalam peminjaman buku sehingga pembaca facebook bisa memberikan like atau komen terhadap buku yang di-upload.
Terpenting, Aktivitas meng-upload tersebut bertujuan untuk menambah semangat peserta didik dalam kaitan membaca dan menulis (literasi) serta memberi pengaruh pada peserta didik lain untuk juga ikut meminjam buku di perpustakaan.
Program E-puskata yang terakhir adalah reward, dimana reward ini diberikan pada program-program tertentu, seperti bulan bahasa dan atau saat pembagian raport ujian sekolah.
Reward didasarkan pada pencatatan petugas perpustakaan tentang peserta didik yang sering membaca dan meminjam buku di perpustakaan pada setiap kelas.
Reward penghargaan bisa dalam bentuk voucer belanja di kantin sekolah atau peralatan sekolah untuk peserta didik dan parsel bagi orangtua peserta didik (sesuai kemampuan anggaran sekolah).
Kedua, “mentoring kata” merupakan salah satu bentuk Program implementasi dari program kata yang menekankan pada pemahaman kepada peserta didik tentang pentingnya membaca dan menulis.
Mentoring kata dalam implementasinya memiliki dua agenda penting yaitu kelas literasi dan jurnal literasi.
Kelas literasi, merupakan salah satu bentuk agenda metoring kata yang bertujuan membawa pemahaman bagi peserta didik tentang pentingnya membaca dan menulis (literasi).
Kelas literasi dalam pelaksanaanya diadakan seminggu sekali dengan dipandu oleh wali kelas, misalnya hari sabtu diawal jam belajar atau pukul 07.15 – 8.15 WIB.
Tugas wali kelas dalam kelas literasi adalah memaparkan materi tentang, apa itu literasi, pentingnya literasi, alasan kegiatan literasi di sekolah.
Reward penghargaan bisa dalam bentuk voucer belanja di kantin sekolah atau peralatan sekolah untuk peserta didik dan parsel bagi orangtua peserta didik (sesuai kemampuan anggaran sekolah).
Kedua, “mentoring kata” merupakan salah satu bentuk Program implementasi dari program kata yang menekankan pada pemahaman kepada peserta didik tentang pentingnya membaca dan menulis.
Mentoring kata dalam implementasinya memiliki dua agenda penting yaitu kelas literasi dan jurnal literasi.
Kelas literasi, merupakan salah satu bentuk agenda metoring kata yang bertujuan membawa pemahaman bagi peserta didik tentang pentingnya membaca dan menulis (literasi).
Kelas literasi dalam pelaksanaanya diadakan seminggu sekali dengan dipandu oleh wali kelas, misalnya hari sabtu diawal jam belajar atau pukul 07.15 – 8.15 WIB.
Tugas wali kelas dalam kelas literasi adalah memaparkan materi tentang, apa itu literasi, pentingnya literasi, alasan kegiatan literasi di sekolah.
Tahap-tahap literasi di sekolah, cara mengaplikasikan literasi di sekolah, dan memaparkan program sekolah terkait literasi (bisa disepakati ketika rapat dewan guru).
Kelas literasi selain sebagai ajang menggiring pemahaman peserta didik tentang pentingnya membaca dan menulis (literasi).
Kelas literasi juga menjadi ajang para peserta didik untuk membuat karya dalam bentuk puisi, cerpen, mading, pengalaman hidup, opini, meringkas informasi dari sebuah film, atau membaca puisi dan cerpen.
Karya peserta didik tersebut kemudian di pajang di mading sekolah atau kelas.
Bahkan untuk memberikan semangat pada peserta didik, pada saat bulan bahasa, sekolah perlu mengadakan lomba literasi tingkat sekolah dengan hasil karya siswa yang dibuat pada kelas literasi.
Bahkan untuk memberikan semangat pada peserta didik, pada saat bulan bahasa, sekolah perlu mengadakan lomba literasi tingkat sekolah dengan hasil karya siswa yang dibuat pada kelas literasi.
Sehingga tanpa disadari, kelas literasi bisa menciptkan kondisi sekolah yang literat.
Jurnal literasi, merupakan salah satu agenda dari kegiatan mentoring kata yang menekankan pada membaca dan menulis (literasi) tidak hanya berada pada lingkup sekolah, tapi bisa dimana saja dan kapan saja.
Jurnal literasi merupakan sebuah jurnal yang memantau sejauh mana peserta didik dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis.
Jurnal literasi, merupakan salah satu agenda dari kegiatan mentoring kata yang menekankan pada membaca dan menulis (literasi) tidak hanya berada pada lingkup sekolah, tapi bisa dimana saja dan kapan saja.
Jurnal literasi merupakan sebuah jurnal yang memantau sejauh mana peserta didik dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis.
Hl itu dilakukan dengan kontrol oleh orang tua, guru, petugas perpustakaan, atau teman sebaya (tergantung peserta didik membaca buku, apakah dirumah, sekolah, perpustakaan, atau saat belajar kelompok dengan teman).
Jurnal literasi selain untuk memantau aktivitas peserta didik dalam membaca dan menulis juga digunakan untuk memberi nilai tambah pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan konsep nilai konversi. Membaca 1 – 2 buku = 50, 3 - 4 buku = 60, 5 - 6 buku = 70, 7 - 8 buku = 80, dan 9 – 10 buku = 90.
Nilai konversi tersebut kemudian akan diserahkan pada guru Mapel Bahasa Indonesia untuk ditambahkan pada kolom penilaian literasi, yang kemudian digunakan untuk menentukan nilai akhir mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Adapun komponen dalam jurnal literasi adalah (1) no, (2) judul buku, (3) jenis buku (e-book/cetak), (3) pengarang dan penerbit buku, (4) halaman buku, (5) halaman buku yang dibaca, (6) alasan membaca buku (7) manfaat membaca buku tersebut dan (8) paraf (orangtua, guru, petugas perpustakaan, dan teman sebaya).
Ketiga, “arisan kata” merupakan salah satu bentuk implementasi dari program kata yang menyasar pada kegiatan membaca dan menulis (literasi) oleh guru.
Arisan kata dilakukan dengan cara mengundi setiap bulan tentang tema yang akan ditulis guru.
Jurnal literasi selain untuk memantau aktivitas peserta didik dalam membaca dan menulis juga digunakan untuk memberi nilai tambah pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan konsep nilai konversi. Membaca 1 – 2 buku = 50, 3 - 4 buku = 60, 5 - 6 buku = 70, 7 - 8 buku = 80, dan 9 – 10 buku = 90.
Nilai konversi tersebut kemudian akan diserahkan pada guru Mapel Bahasa Indonesia untuk ditambahkan pada kolom penilaian literasi, yang kemudian digunakan untuk menentukan nilai akhir mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Adapun komponen dalam jurnal literasi adalah (1) no, (2) judul buku, (3) jenis buku (e-book/cetak), (3) pengarang dan penerbit buku, (4) halaman buku, (5) halaman buku yang dibaca, (6) alasan membaca buku (7) manfaat membaca buku tersebut dan (8) paraf (orangtua, guru, petugas perpustakaan, dan teman sebaya).
Ketiga, “arisan kata” merupakan salah satu bentuk implementasi dari program kata yang menyasar pada kegiatan membaca dan menulis (literasi) oleh guru.
Arisan kata dilakukan dengan cara mengundi setiap bulan tentang tema yang akan ditulis guru.
Tema dalam arisan kata bisa “pendidikan, sosial, ekonomi, politik, budaya, dan atau tergantung kesepakatan dewan guru saat merapatkan “arisan kata” tersebut.
Arisan kata ini diundi bersamaan dengan arisan yang dilakukan guru setiap bulan. Siapa guru yang mendapat arisan pada bulan tersebut, maka guru juga akan mendapat satu “arisan kata” dengan satu kata kunci tema.
Kata kunci tema tersebut kemudian harus dibuat semacam opini atau artikel yang kemudian dipajang di mading guru atau bisa dikirim ke media cetak seperti koran, tabloit, atau buletin.
Jika guru yang mendapat “arisan kata” tidak mau membuat opini atau artikel, maka guru bersangkutan harus mendonasikan satu buku nonpelajaran pada perpustakaan sekolah.
Program arisan kata ini selain untuk menumbuhkan budaya membaca dan menulis (literasi) pada guru, juga untuk memberikan contoh pada peserta didik dalam kegiatan membaca dan menulis (literasi) di sekolah melaui karya yang dibuat oleh guru.
Berdasarkan uraian di atas, semoga program kata bisa menjadi alternatif pilihan dalam menumbuhkan budaya membaca dan menulis (literasi) di sekolah. Amin Ya Robal Alamin (Agustian Deny Ardiansyah)
Arisan kata ini diundi bersamaan dengan arisan yang dilakukan guru setiap bulan. Siapa guru yang mendapat arisan pada bulan tersebut, maka guru juga akan mendapat satu “arisan kata” dengan satu kata kunci tema.
Kata kunci tema tersebut kemudian harus dibuat semacam opini atau artikel yang kemudian dipajang di mading guru atau bisa dikirim ke media cetak seperti koran, tabloit, atau buletin.
Jika guru yang mendapat “arisan kata” tidak mau membuat opini atau artikel, maka guru bersangkutan harus mendonasikan satu buku nonpelajaran pada perpustakaan sekolah.
Program arisan kata ini selain untuk menumbuhkan budaya membaca dan menulis (literasi) pada guru, juga untuk memberikan contoh pada peserta didik dalam kegiatan membaca dan menulis (literasi) di sekolah melaui karya yang dibuat oleh guru.
Berdasarkan uraian di atas, semoga program kata bisa menjadi alternatif pilihan dalam menumbuhkan budaya membaca dan menulis (literasi) di sekolah. Amin Ya Robal Alamin (Agustian Deny Ardiansyah)
Terimakasih sudah memberikan masukan dan saran
EmoticonEmoticon