Guru Provokator (1)

- 05.05
advertise here
Oleh: Jasman, S.Pd., M.Pd (Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Lepar)
Senin 27 Februari 2023, 05:05 WIB   


Jasman (Kepala Sekolah SMAN 1 Lepar)



Menarik apa yang disampaikan oleh Rhenald Kasali dalam bukunya Self Driving (2015).

Kasali mengutip ungkapan sastrawan George Bernard Shaw 

“only two percent of the people think, three percent of the people think they think, and ninety five percent of the people would rather die than think”.

Hanya ada dua persen orang yang berpikir, tiga persen yang berpikir kalau mereka berpikir, dan 95 persen memilih (lebih baik) mati dari pada harus berpikir.

Sebuah data diungkapkan oleh Rhenald Kasali bahwa dari seratus persen guru di Indonesia, 95% guru dilabeli guru kurikulum.

Yaitu guru yang hanya melaksanakan perintah sesuai dengan komando kurikulum.

Hanya menyampaikan materi sesuai dengan buku tanpa ada usaha meningkatkan kompetensi.

3% guru hanya menjadi administrator. 

Yang paling “hebat” hanya 2% guru yang benar-benar menjadi pendidik, yaitu guru kreatif yang membentuk karakter manusia.

Kondisi ini menjadi PR besar bagi guru di Indonesia.

Lepasnya gelar Pahlawan Tanpa Tanda Jasa semestinya sudah bisa dikompensasikan secara profesional.

Pemerintah dan masyarakat masih menunggu gebrakan intelektual para guru Indonesia untuk membalikkan formula 95–3–2 menjadi 2–3–95.

Formula 2–3–95 yang dimaksud adalah 2% guru kurikulum, 3% guru administrasi, dan 95% guru pendidik. 

Sebuah kondisi ideal yang diharapkan.

Oleh karena itu, diharapkan munculnya seorang atau sekelompok oknum guru yang mampu mengompori ambisi intelektual para guru Indonesia ini.

Guru semacam ini adalah guru provokator.

Guru yang mampu memprovokasi guru untuk mengubah formula di atas.

Istilah provokator merupakan turunan dari kata provokasi yang berarti tindakan mengajak, mempengaruhi, menghasut.

Provokator berarti orang yang tindakannya mengajak, mempengaruhi, menghasut orang lain untuk melakukan tindakan tertentu.

Biasanya provokator sering dianalogikan negatif oleh masyarakat. Provokator dicap sebagai orang yang suka mengajak orang untuk melakukan demontrasi, kejahatan atau anarki.

Guru provokator jangan dianalogikan dulu sebagai tindakan jelek.

Guru provokator bukan berarti guru yang hanya bisa menghasut rekan sejawat untuk melakukan demontrasi.

Bukan pula guru yang hanya bisa mengeksplorasi energi negatif teman sejawat.

Bukan guru yang pandai beretorika dalam “mensosialisasi” kejelekan orang lain.

Guru provokator disini adalah guru yang fungsinya memprovokasi para rekan sejawat untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya terutama dalam menghasilkan karya ilmiah.

Guru yang mampu memompa motivasi teman sejawat.

Guru yang bisa mengeksplorasi energi positif rekan kerjanya. Guru provokator adalah guru yang memiliki mental yang kuat agar bisa disegani oleh guru-guru yang lain.

Guru provokator adalah guru yang mengajak teman sejawatnya mengembangkan kompetensi.

Guru provokator harus bisa “menyeret” teman sejawat menjadi guru pendidik.

Guru-guru harus bisa mengeksplorasikan kemampuan akademik yang berguna bagi perkembangan peserta didiknya.

Guru pendidik memegang peran penting dalam mengasah dan mengeksplorasi kelebihan peserta didik.

Guru harus menjelma sebagai seorang motivator.

Bersambung

1 comments:

avatar

Mantap pak Jasman

Terimakasih sudah memberikan masukan dan saran
EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search

Catatan: