Oleh: Agustian Deny Ardiansyah (Guru SMP Negeri 2 Lepar)
Kamis, 19 Januari 2023, 04:30 WIB
Kandungan timah yang merata tersebut kemudian memunculkan aktifitas pertambangan yang menghadirkan efek positif dan negatif dalam pelaksanaannya.
Efek positif, memberikan angin segar pada sektor penyerapan tenaga kerja yang berdampak pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Bangka Belitung.
Efek negatif, menyebabkan terjadinya keruskan lingkungan alam Bangka Belitung.
Hal itu dibuktikan dengan hasil Review lahan kritis Kepulauan Bangka Belitung Juli 2013, yang mengungkapkan peningkatan 76 persen lahan kritis dari Tahun 2010-2013 atau dari 88.386 Ha menjadi 155.389 Ha.
Kondisi yang lebih memprihatinkan terjadi pada lahan sangat kritis, dimana pada Tahun 2010 seluas 27.782 Ha menjadi 32.938 Ha pada Tahun 2013 (Babel Pos, 25 April 2015).
Pemaparan di atas memiliki makna bahwa timah memiliki berkah dan bencananya sendiri.
Berkah, dengan adanya timah ekonomi masyarakat Bangka Belitung dapat diangkat.
Efek positif, memberikan angin segar pada sektor penyerapan tenaga kerja yang berdampak pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Bangka Belitung.
Efek negatif, menyebabkan terjadinya keruskan lingkungan alam Bangka Belitung.
Hal itu dibuktikan dengan hasil Review lahan kritis Kepulauan Bangka Belitung Juli 2013, yang mengungkapkan peningkatan 76 persen lahan kritis dari Tahun 2010-2013 atau dari 88.386 Ha menjadi 155.389 Ha.
Kondisi yang lebih memprihatinkan terjadi pada lahan sangat kritis, dimana pada Tahun 2010 seluas 27.782 Ha menjadi 32.938 Ha pada Tahun 2013 (Babel Pos, 25 April 2015).
Pemaparan di atas memiliki makna bahwa timah memiliki berkah dan bencananya sendiri.
Berkah, dengan adanya timah ekonomi masyarakat Bangka Belitung dapat diangkat.
Bencana, menyisakan masalah yang mungkin generasi mendatang akan menanggungnya bila tak segera ditanggulangi hari ini.
Kekeringan, banjir, degradasi lahan, kebakaran hutan, dan rusaknya ekosistem laut akan menjadi bencana yang menghantui Kepulauan Bangka Belitung.
Bagaimana tidak, jika setiap hari darat dan laut dikeruk untuk mendapatkan timah.
Bahkan hasil pertambangan timah sekitar 200 Tahun kebelakang mulai memperlihatkan hasilnya saat ini.
Pulau Bangka Belitung seolah menjadi magnet bencana.
Banjir yang menerjang Ibukota Provinsi pada Tahun 2016 dan banjir Kabupaten Belitung Timur di Tahun 2017 seolah menjadi singal untuk segera mengambil langkah tegas dalam hal pertambangan timah.
Pertambangan timah yang dilakukan secara berlebih (ilegal) dapat menjadi faktor kunci terjadinya banjir selain faktor alam seperti, curah hujan dan topografi.
Kekeringan, banjir, degradasi lahan, kebakaran hutan, dan rusaknya ekosistem laut akan menjadi bencana yang menghantui Kepulauan Bangka Belitung.
Bagaimana tidak, jika setiap hari darat dan laut dikeruk untuk mendapatkan timah.
Bahkan hasil pertambangan timah sekitar 200 Tahun kebelakang mulai memperlihatkan hasilnya saat ini.
Pulau Bangka Belitung seolah menjadi magnet bencana.
Banjir yang menerjang Ibukota Provinsi pada Tahun 2016 dan banjir Kabupaten Belitung Timur di Tahun 2017 seolah menjadi singal untuk segera mengambil langkah tegas dalam hal pertambangan timah.
Pertambangan timah yang dilakukan secara berlebih (ilegal) dapat menjadi faktor kunci terjadinya banjir selain faktor alam seperti, curah hujan dan topografi.
Hal tersebut dikarenakan aktivitas pertambangan timah merusak fungsi tanah sebagai tempat menyimpan air dan menghancurkan sistem pengairan sungai.
Dengan bertumpuknya material sisa tambang di sepanjang aliran sungai sehingga membuat air hujan meluap dan menyebabkan banjir.
Lebih parah, karena fungsi tanah sebagai tempat menyimpan air terganggu.
Lebih parah, karena fungsi tanah sebagai tempat menyimpan air terganggu.
Maka jika musim kemarau Kepulauan Bangka Belitung dipastikan akan mengalami kekeringan yang disertai dengan kebakaran hutan.
Hal tersebut terjadi karena mulai menipisnya pohon yang menutupi tubuh alam atau tanah di bawahnya.
Oleh karena itu pemerintah perlu merencanakan suatu program mitigasi untuk menangguangi kerusakan alam yang diakibatkan dari pertambangan timah.
Dewasa ini pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah mulai mengubah halauan ekonomi Bangka Belitung.
Hal tersebut terjadi karena mulai menipisnya pohon yang menutupi tubuh alam atau tanah di bawahnya.
Oleh karena itu pemerintah perlu merencanakan suatu program mitigasi untuk menangguangi kerusakan alam yang diakibatkan dari pertambangan timah.
Dewasa ini pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah mulai mengubah halauan ekonomi Bangka Belitung.
Yang awalnya mengandalkan timah sebagai sektor pendorong ekonomi berubah kearah sektor pariwisata, perkebunan, dan peternakan dengan Jargon 3S (Sawah, Sapi, dan Sahang (lada)).
Momen tersebutlah yang kemudian harus diambil pemerintah untuk segera menyadarkan masyarakat Kepulauan Bangka Belitung akan ketergantungan timah.
Karena timah bukan hanya soal kerusakan alam namun juga soal pemenuhan kebutuhan manusia.
Momen tersebutlah yang kemudian harus diambil pemerintah untuk segera menyadarkan masyarakat Kepulauan Bangka Belitung akan ketergantungan timah.
Karena timah bukan hanya soal kerusakan alam namun juga soal pemenuhan kebutuhan manusia.
Oleh karena itu untuk menyelesaikan masalah timah adalah bagaimana cara menyadarkan manusianya.
Dalam konteks pendidikan kebencanaan hal tersebut disebut dengan mitigasi non struktural.
Dalam konteks pendidikan kebencanaan hal tersebut disebut dengan mitigasi non struktural.
Yaitu mitigasi yang dilakukan dengan cara memberikan pemahaman kepada individu masyarakat baik dalam bentuk edukasi, sosialisasi, dan program peningkatan kesadaran untuk melakukan pencegahan terhadap resiko bencana.
Terlebih timah bukanlah barang tambang yang bisa diperbarui sehingga perlu dilakukan pengamanan dan dilestarikan keberadaanya untuk anak cucu kita kelak.
Terlebih timah bukanlah barang tambang yang bisa diperbarui sehingga perlu dilakukan pengamanan dan dilestarikan keberadaanya untuk anak cucu kita kelak.
Selain untuk melakukan kontrol terhadap kerusakan lingkungan alam Kepulauan Bangka Belitung.
Salah satu hal yang bisa ditawarkan dalam hal tersebut adalah membumikan kembai kelekak sebagai sarana mitigasi bencana non struktural untuk menumbuhkan budaya cinta lingkungan.
Kelekak merupakan kearifan lokal masyarakat Bangka Belitung yang dilakukan dengan cara menanami sebidang tanah secara sengaja atau tidak sengaja oleh orangtua zaman.
Salah satu hal yang bisa ditawarkan dalam hal tersebut adalah membumikan kembai kelekak sebagai sarana mitigasi bencana non struktural untuk menumbuhkan budaya cinta lingkungan.
Kelekak merupakan kearifan lokal masyarakat Bangka Belitung yang dilakukan dengan cara menanami sebidang tanah secara sengaja atau tidak sengaja oleh orangtua zaman.
Kelekak biasanya ditanami beragam pohon penghasil buah , baik yang dimiliki secara pribadi (garis keturunan tertentu), maupun dimiliki secara bersama (milik orang banyak dalam satu kampung atau gabungan dari beberapa kampung.
Kelekak dalam pelaksanaanya memiliki nilai-nilai yang juga bertalihan dengan pelestarian lingkungan alam.
Kelekak dalam pelaksanaanya memiliki nilai-nilai yang juga bertalihan dengan pelestarian lingkungan alam.
Yaitu, konsep pembangunan berkelanjutan (menanam untuk masa depan demi kepentingan dan kemaslahatan orang banyak), konsep pelestarian tanah, dan menjaga sumber-sumber air.
Oleh karena itu, pada era sekarang, untuk menjadikan kelekak sebagai sebuah mitigasi non struktural harus ditrasformasi kedalam lembaga kemasyarakatan baik pemerintah daerah, pemerintah desa, dan sekolah.
Pertama, pemerintah daerah, pada tingkat pemerintah daerah kelekak harus dijadikan sebuah aturan dengan mewajibkan setiap kabupaten di Kepulauan Bangka Belitung untuk membentuk sebuah kelekak dengan memanfatakan tanah Kabupaten.
Kelekak disitu dapat ditanami oleh pemerintah daerah dengan pohon-pohon buah khas Bangka Belitung atau buah lainya yang memiliki umur lama seperti, durian, binjai, cempedak, rambai, atau buah lainya.
Dengan adanya konsep kelekak di setiap Kabupaten di Kepulauan Bangka Belitung juga dapat digunakan sebagai sarana edukasi siswa-siswi sekolah dalam melaksanakan penelitian buah-buah khas Bangka-Belitung dan wahana pariwisata lingkungan.
Selain itu tujuan diadakanya kelekak di setiap Kabupaten adalah untuk meningkatkan kesadaran masayarakat akan pentingya peran lingkungan di masa yang akan datang.
Kedua, pemerintah Desa, pada tingkat pemerintah desa kelekak dapat di impelementasikan dengan program “2 pohon 1 pernikahan dan 1 pohon 1 kelahiran”.
Maksudnya adalah setiap berlangsungnya pernikahan dan kelahiran di setiap desa di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Oleh karena itu, pada era sekarang, untuk menjadikan kelekak sebagai sebuah mitigasi non struktural harus ditrasformasi kedalam lembaga kemasyarakatan baik pemerintah daerah, pemerintah desa, dan sekolah.
Pertama, pemerintah daerah, pada tingkat pemerintah daerah kelekak harus dijadikan sebuah aturan dengan mewajibkan setiap kabupaten di Kepulauan Bangka Belitung untuk membentuk sebuah kelekak dengan memanfatakan tanah Kabupaten.
Kelekak disitu dapat ditanami oleh pemerintah daerah dengan pohon-pohon buah khas Bangka Belitung atau buah lainya yang memiliki umur lama seperti, durian, binjai, cempedak, rambai, atau buah lainya.
Dengan adanya konsep kelekak di setiap Kabupaten di Kepulauan Bangka Belitung juga dapat digunakan sebagai sarana edukasi siswa-siswi sekolah dalam melaksanakan penelitian buah-buah khas Bangka-Belitung dan wahana pariwisata lingkungan.
Selain itu tujuan diadakanya kelekak di setiap Kabupaten adalah untuk meningkatkan kesadaran masayarakat akan pentingya peran lingkungan di masa yang akan datang.
Kedua, pemerintah Desa, pada tingkat pemerintah desa kelekak dapat di impelementasikan dengan program “2 pohon 1 pernikahan dan 1 pohon 1 kelahiran”.
Maksudnya adalah setiap berlangsungnya pernikahan dan kelahiran di setiap desa di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Harus menyerahkan 2 pohon untuk acara pernikahan dan 1 pohon setelah kelahiran anak.
Pohon pemberian tersebut kemudian akan ditanam dilahan desa yang khusus digunakan untuk kelekak.
Pohon pemberian tersebut kemudian akan ditanam dilahan desa yang khusus digunakan untuk kelekak.
Atau juga ditanam di tempat yang direkomendasikan seperti (di PAUD desa, kantor kelurahan, puskesmas desa, atau tempat lainya yang bisa digunakan untuk penanaman).
Kelakak yang kemudian dikaitkan dengan acara pernikahan dan kelahiran juga dimaksudkan bahwa tidak hanya manusia yang membutuhkan regenerasi.
Kelakak yang kemudian dikaitkan dengan acara pernikahan dan kelahiran juga dimaksudkan bahwa tidak hanya manusia yang membutuhkan regenerasi.
Namun linkunganpun juga harus beregenerasi untuk menjaga keseimbangan di masa yang akan datang.
Tujuan dari hal tersebut juga dapat diartikan untuk menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap alam.
Ketiga, sekolah (lingkungan Pendidikan), pada tingkat sekolah kelekak dapat dimasukan dalam materi PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup) di sekolah.
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan perawatan bibit tanaman baik tanaman buah atau tanaman lainya yang dirawat dilingkungan sekolah, atau bahkan boleh dilakukan dari penyemaian hingga pembesaran.
Perawatan tersebut dilakuakan dengan cara bergiliran antar kelas dalam 1 sekolah hingga tanaman siap tanam.
Setelah tanaman siap, maka tanaman dapat ditanam oleh siswa ditempat reklamasi timah yang ada di daerah masing-masing atau bekas tambang.
Hal tersebut mengajarkan pada peserta didik untuk lebih menghargai lingkungan alam dan memperlakukan daerah bekas tambang dengan cara yang benar dan baik.
Tujuan dari hal tersebut juga dapat diartikan untuk menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap alam.
Ketiga, sekolah (lingkungan Pendidikan), pada tingkat sekolah kelekak dapat dimasukan dalam materi PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup) di sekolah.
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan perawatan bibit tanaman baik tanaman buah atau tanaman lainya yang dirawat dilingkungan sekolah, atau bahkan boleh dilakukan dari penyemaian hingga pembesaran.
Perawatan tersebut dilakuakan dengan cara bergiliran antar kelas dalam 1 sekolah hingga tanaman siap tanam.
Setelah tanaman siap, maka tanaman dapat ditanam oleh siswa ditempat reklamasi timah yang ada di daerah masing-masing atau bekas tambang.
Hal tersebut mengajarkan pada peserta didik untuk lebih menghargai lingkungan alam dan memperlakukan daerah bekas tambang dengan cara yang benar dan baik.
Dengan sinerginya antara program pemerintah daerah, desa, dan pendidikan diharapkan kelekak dapat menjadi pendidikan kebencanaan dalam mitigasi bencana non struktural untuk menumbuhkan budaya cinta lingkungan. Amin Ya Robal Alamin (Agustian Deny Ardiansyah)
3 comments
Terimakasi pak
Lah di tanem sawit Bos, kalah sama Kebutuhan 😁😁
Dak papa, semoga pemimpin kita bisa menyediakan ruang, macam macam kebun raya bogor
Terimakasih sudah memberikan masukan dan saran
EmoticonEmoticon